Redirect



seconds

Selasa, 17 Juli 2012

NATO (No Action Talk Only)

Setiap hari dihadapkan dengan antrian pomp bensin di SPBU terkadang membuat ane jadi ketawa, senang dan kadang gusar (tapi kebanyakan guasarnya). Rasanya aneh saja bila harus antri di pomp bensin dengan di kota kecil dimana jumlah konsumen dan jumlah suplay BBM (bensin) yang sepadan...ane sempat berpikir lossnya atau tidak kecukupannya berada dimana ?

Meski jawabannya sudah sangat jelas bahwa yang membuat antrian panjang adalah adanya jumlah besar dari kelompok masyarakat pengetap (penyedot) bensin yang berulang kali keluar masuk ke pomp untuk membeli dan menajual kembali barang subsidi ini.

Jangan tanya kemana aparatnya gan ????. aparatnya jadi jadi keparat yang tidak mau peduli walau mereka sendiri sulit dapatkan bensin di pomp dan malah ane tidak pernah melihat mereka antri tuh.
Keharusan day by day untuk antri adalah sebuah tuntutan buat ane...bukan motor ane yang boros, tapi motor ane setiap hari memiliki jarak tempuh 110 km dah termasuk PP, so pemakaian akan BBM subsidi ini sangat membantu ane dalam mengurangi biaya hidup karena jika harus beli di eceran maka ane harus gocekin kantong Rp. 20.000 tiap hari bila demikian ane pasti pusing mikirin wajib korupsi buat nutupin biaya cicilan rumah, makan n biaya perawatan motor dan bahan bakarnya.

Sejauh ini ane cuma bisa sms ke layanan keluhan SPBU ato layanan kring bupati, maksudnya beri masukan agar kegiatan pengetap di pomp benar-benar clear, tidak ada lagi namanya pengetap. Hampir setahun ini terus ane lakuin tapi sajauh ini tidak ada perubahan.

Aparat malah membiarkan dan layanan -layanan keluahan diatas tidak pernah di gubris seolah mereka sependapat dengan pengetap bahwa itu adalah piring nasi mereka dan "sah". Padahal lapangan pekerjaan dikota kecil tempat tugas ku ini sangat besar peluangnya dibanding kota metropolitan kayak jakarta, jawa, makassar, dll.

Setiap kali dihadapkan dengan antrian panjang dengan rentang waktu 1 jam lamanya terkadang membuat ane berpikir untuk meledakkan SPBU ini. Dan seandainya memang ane punya keahlian rakit bomb, maybe i'll be do it. Biar mereka tahu bahwa ane gusar dengan pemerintah dan aparat yang "diam" bagai makhluk tolol bin tolol. 

Tapi ane sadar dan punya kendali  emosi. Kecendrungan untuk berbuat aksi by fight sudah ga jaman dan tak sebanding dengan logika yang selalu memberi jalan keluar. Sebenarnya sih kalo dipikir secara sederhana, cukup ikut antrian dan bersabar dengan antriannya pasti dapat tuh BBM (bensinnya).

Mudah-muadahan saja level kesabaran ane meningkat dimana otak ane mampu menekan rasa ego ane..harapannya sih seperti itu, tapi tidak menutup kemungkinan juga ane bakal benar2 melakukannya. Ini karena sifat ane bila dah kelelahan dalam berpikir dan bersabar cari jalan keluar untuk menghentikan kegiatan pengetap yang terus buntu maka blooooom.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar